Kuningan
terkenal dengan sebutan kota kuda. Di Kuningan banyak terdapat kuda
delman yang menjadi favorit orang kota jika mudik ke Kuningan. Entahlah
apa ada hubungannya dengan sebutan kota kuda dengan banyaknya kuda
delman ini.
Mengenai
sebutan kuningan dan juga kota kuda ini ada legenda tersendiri. Banyak
cerita rakyat yang beredar seputar penyebutan nama ini. Dari mulai
cerita kerajaan Galuh sampai babad Cirebon.
Selain
kaya akan cerita legendanya, Kuningan juga mempunyai wisata kuliner
yang tidak kalah dibanding tempat-tempat lainnya. Nah, apa saja kuliner
favorit saya jika mudik ke Kuningan? Yuk, cek daftar kuliner di bawah
ini:
1. Hucap
Hucap
adalah singkatan dari tahu kecap. Jangan membayangkan makanan kuliner
yang satu ini benar-benar hanya berisi tahu dan kecap saja lho.
Hucap
terdiri dari ketupat, tahu, bumbu kacang dan kecap. Ketupat untuk hucap
berbeda dengan ketupat lebaran yang sering kita jumpai. Ketupat sedikit
berwarna kecoklatan, dan agak kenyal.
Di
Kuningan, banyak yang berjualan hucap, tetapi yang paling terkenal
adalah hucap Mirasa atau hucap beringin, karena lokasinya dibawah
berseberangan dengan pohon beringin besar di pusat kota Kuningan. Ngga
bakal salah, pohon beringin besar ini dapat dengan mudah kita kenali,
karena bentuknya yang unik dan hanya satu-satunya.
Selain hucap beringin, ayahnya anak-anak suka makan hucap sebelah mesjid Syiarul Islam, berdekatan dengan taman kota.
2. Bubur Ayam
Tidak
seperti halnya bubur Cirebon, bubur khas daerah Kuningan menggunakan
kuah kaldu ayam yang gurih. Bubur ayam Kuningan ini salah satu yang
wajib aku cari ketika mudik ke Kuningan.
Beberapa tempat bubur ayam favorit yang ada di Kuningan adalah:
a) Bubur Mang Talo
Bubur
Talo ini mungkin yang tertua yang pernah ada di Kuningan. Waktu kecil,
bubur Talo ini bisa dibilang bubur mahal dan berkelas, karena rasanya
lain daripada yang lain. Buburnya lembut dan gurih, juga kuahnya berasa
kaldunya.
Dulu, bapak kalau bawa bubur Talo, dibawa dalam rantang besi. Sampai sekarang suka kebayang-bayang aroma bubur Talo yang dimakan dari rantang.
Dulu, bapak kalau bawa bubur Talo, dibawa dalam rantang besi. Sampai sekarang suka kebayang-bayang aroma bubur Talo yang dimakan dari rantang.
Bubur
Talo sekarang, aku pikir, rasanya tidak seperti yang kuingat dulu.
Entahlah, mungkin sudah beberapa generasi pembuat buburnya, jadi sedikit
berbeda. Mang Talonya sendiri sudah tidak membuat bubur, karena sudah
meninggal.
Bubur Talo bisa ditemui di bersebrangan dengan mesjid Syiarul Islam, dekat taman kota.
b) Bubur Mang Nana
Kuah
kaldu buburnya Mang Nana adalah kaldu kuning. Rasanya tak kalah enak.
Selain berjualan bubur ayam, Mang Nana dan istrinya berjualan aneka
macam gorengan.
Letaknya bubur ayam ini satu area dengan toko alat-alat pancing dan umpan Radia Jaya, di daerah Pasapen.
Nah, buat para mancing mania, sekalian cari kroto pagi hari untuk persiapan lomba mancing, bisa mampir sarapan di Mang Nana. Oya,
buat yang cari batu akik juga bisa tuh di Radia Jaya. Radia Jaya selain
melayani para pencinta mancing, juga melayani pencinta burung dan juga
batu akik.
3. Serabi
Serabi ini adalah penganan yang terbuat dari tepung beras dan kelapa, kemudian dicetak mengunakan cetakan serabi.
Jika
berkesempatan mengunjungi Kuningan, banyak penjaja serabi baik di pagi
hari ataupun malam hari. Pagi-pagi buta, para penjual serabi mulai
menduduki posnya masing-masing, biasanya dipinggir-pinggir jalan ataupun
di area perempatan. Jadi jangan sampai kesiangan, bisa-bisa ngga
kebagian.
Beberapa penjual serabi yang kukenal sejak kecil adalah:
a) Serabi Ceu Nur

Kalau di pedagang seperti ini, topingnya suka-suka kita. Misal kita mau tambahkan kacang kedelai manis, tambahkan telor, tambahkan gula, tambahkan oncom dan lainnya. Tapi topingnya ini kita bawa sendiri. Kecuali untuk topping standar seperti bakwan atau yang terkenal sebutan di sana adalah bala-bala, gorengan oncom, dan telor.
b) Serabi Ceu Mimin
Sebetulnya
tak jauh dari letak berjualannya Ceu Nur, hanya beda satu gang. Ya,
mereka berprinsip, rejeki mah ngga pernah salah orang. Kalau tidak salah
berjualan pagi dan malam.
c) Serabi Ceu Anah.
Dulu
yang berjualan ibunya, namanya Ceu Mimin juga. Sekarang sudah berganti
ke Ceu Anah. Berjualan di malam hari, di dekat toko Gotong Royong,
perempatan Jalan Veteran.
d) Serabi Inul
Topping
serabi di sini lebih modern, mirip-mirip serabi Bandung. Ada oncom
pedes, sosis, ceres, dan lainnya. Tempatnya pun tidak seperti penjaja
serabi traditional, ini lebih dikelola, ada tempat untuk makan-makannya.
Jangan salah tempat ya, buka sore hari sampai malam. Tempatnya ada di sekitar Ancaran.
Jangan salah tempat ya, buka sore hari sampai malam. Tempatnya ada di sekitar Ancaran.
4. Tahu Lamping atau Tahu Kopeci
Tahu ini adalah khas kota Kuningan. Jika dibandingkan tahu Sumedang, tahu Lamping lebih berisi, tidak kopong.
Kalau
beli tahu Lamping, harus sabar antri, karena peminatnya banyak. Sekitar
tahu Lamping banyak juga yang berjualan tahu. Tapi yang paling maknyus
tetap tahu Lamping asli.
Jika musim mudik lebaran, jangan tanya deh kemacetan yang ditimbulkan. Orang Kuningan yang menetap di sana aja sampai malas pergi ngantri di tahu Lamping ini. Tahu ini enak dimakan dengan buras. Buras yang tersedia adalah buras oncom dan buras polos. Untuk teman makan tahu, menurut aku enak buras polos. Buras oncom sepertinya enak dimakan dengan bakwan.
Jika musim mudik lebaran, jangan tanya deh kemacetan yang ditimbulkan. Orang Kuningan yang menetap di sana aja sampai malas pergi ngantri di tahu Lamping ini. Tahu ini enak dimakan dengan buras. Buras yang tersedia adalah buras oncom dan buras polos. Untuk teman makan tahu, menurut aku enak buras polos. Buras oncom sepertinya enak dimakan dengan bakwan.
Untuk mendapatkan tahu ini, tinggal meluncur ke Lamping, pertigaan sebelum pertanian dari arah Kuningan kota.
5. Tahu Gejrot
Tahu
gejrot lain lagi. Tahunya kopong, lebih ringan. Tahu gejrot biasanya
dari daerah Ciledug. Bumbu dibuat langsung, menggunakan gula merah,
bawang putih, bawang merah yang diulek kasar di atas piring gerabah
kecil, jika suka pedas bisa ditambahkan cabe. Dan kenapa dinamakan
gejrot? Mungkin karena bumbu yang telah diolek digejroti air kecap encer
dari botol. Jadi dinamakan tahu gejrot.
Bisa
ditemui di mana? Di taman kota juga banyak yang berjualan tahu gejrot.
Di hari Lebaran, tahu gejrot laku diborong orang kota. harganya
terjangkau, sekitar Rp 5.000/porsi.
6. Nasi Lengko

Nasi Lengko banyak ditemukan di sekitar Kuningan dan Cirebon. Ini merupakan makanan khas Pantai Utara. Makan nasi lengko ini menyehat, karena banyak mengandung serat alami dan protein non hewani.
Nasi lengko ini selalu bikin kangen, entah kenapa. Walaupun sederhana, tapi cita rasanya tidak sederhana buat aku. Padahal sepertinya gampang ya membuat nasi lengko, tapi tetap saja, nasi lengko Kuningan selalu kuburu saat mudik.
Nasi lengko ini selalu bikin kangen, entah kenapa. Walaupun sederhana, tapi cita rasanya tidak sederhana buat aku. Padahal sepertinya gampang ya membuat nasi lengko, tapi tetap saja, nasi lengko Kuningan selalu kuburu saat mudik.
7. Koecang & Leupeut

Cara membedakannya mudah. Leupeut berbentuk memanjang, sedangkan koecang berbentuk segitiga. Nah, kalau kebetulan pergi ke pasar bareng anak-anak, bisa sekalian belajar bentuk-bentuk bangun. Hehe.
Kalau aku beli koecang dan leupeut ini di Pasar Darurat, secara pasar ini lebih dekat ke rumah. Pasar ini adanya di pagi hari. Namanya juga darurat, jadi ya seadanya, memanfaatkan ruas jalan. Pagi-pagi ke Pasar Darurat dengan menggunakan motor sangat menyenangkan. Udara dingin mengelus pipi dengan latar pemandangan di depan Gunung Ciremai yang menjulang tinggi.
8. Awug

Saat ini sangat susah mencari awug. Eh, pas pulang mudik kemarin ke Kuningan, ada penjual awug yang mangkal di bawah pohon beringin tua di pusat kota Kuningan. Duh, suka!
Campuran gurihnya kelapa, manisnya gula merah dan lembutnya tepung beras, menjadikan awug bercitra rasa legit.
Dijamin ketagihan setelah mencoba penganan yang satu ini. Sekarang sudah termasuk kategori rare nih.
9. Bakso
Nah, kalau bakso di semua tempat juga ada. Kebanyakan bakso di Kuningan adalah bakso Solo. Untuk bakso Solo favorit aku adalah bakso Solo Mas Ratno yang mangkal di pertigaan Jalan Salawati, dan bakso Solo depan pertokoan Surya di Jalan Siliwangi. Bakso Solo yang di depan pertokoan Surya ini ada kripik gemblong yang agak keras. Aku suka gemblong model ini.Ada juga bakso disebelah hucap Mirasa Beringin. Baksonya sedikit berbeda, karena mie dan bakso dimasak saat itu juga. Jadi ketika kita beli, si penjual akan memasak air, memberi bumbu, memasak mie dan bakso. Mirip mie rebus yak. Tapi yang beli berduyun-duyun lho. Dan sopannya, kalau beli bakso dibungkus alias take away, bakso dan kuahnya langsung dibuatkan terpisah. Hmmm...customer oriented! Tau aja, kalau kelamaan kena kuah bisa melar itu mie. Nama bakso ini adalah bakso Mang Engkus.
Posting Komentar